Tugas
Pendidikan (SLB)
KELOMPOK
5
Hotma Indra Hakim (13-013)
Juli Theresia (09-072)
Rifqy Tiara Balqish (13-029)
Dewi Sitepu (13-097)
Ester sihombing ( 13-109)
Hotma Indra Hakim (13-013)
Juli Theresia (09-072)
Rifqy Tiara Balqish (13-029)
Dewi Sitepu (13-097)
Ester sihombing ( 13-109)
SLB-A Tunanetra
Tunanetra adalah individu
yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra
menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah
dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki
keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada
alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu
prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu
tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual danbersuara, contohnya adalah
penggunaan tulisan braille, gambar
timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalah perekam
suara dan peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai Orientasi dan Mobilitas.
Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui
tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus
tunanetra yang terbuat dari alumunium).
Metode Pengajaran
1. Metode Ceramah
Metode
ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena dalam pelaksanaan metode
ini guru menyampaikan
materi pelajaran dengan penjelasan lisan dan siswa mendengar penyampaian materi
dari guru.
2. Metode
Tanya Jawab
Metode
ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena metode ini merupakan
tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.
3. Metode
Diskusi
Metode
ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena mereka dapat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode diskusi kemampuan
daya pikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih diutamakan. Dan metode
ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera penglihatan.
4. Metode Sorogan
Metode
ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena adanya bimbingan langsung
dari guru kepada anak didik dan seorang guru dapat mengetahui langsung sejauh
mana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu materi pelajaran.
5. Metode
Bandongan
Metode
ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra Inti karena guru memberikan
penjelasan materi kepada anak didik tidak secara perorangan. Metode ini
merupakan kebalikan dari metode sorogan.Tunanetra dapat mengikuti metode ini,
karena metode ini dapat diikuti dengan tanpa menggunakan indera penglihatan.
6. Metode
Drill
Metode
ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra jika materi yang disampaikan dan
media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk memahami materi pelajaran.
Tujuan pembelajaran
· Menjadikan murid lebih
terampil dalam membuat sesuatu.
· Menjadikan murid lebih
mandiri dalam menghadapi suatu permasalahan.
· Diharapkan murid lebih
dapat bersosialisasi terhadap lingkungan di sekitarnya.
SLB-B Tunarungu
Tunarungu
adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:
1.
Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2.
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3.
Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4.
Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5.
Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas
91dB).
Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat,
untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat
bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang
dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang
abstrak.
Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang paing tepat untuk digunakan di sekolah SLB B yang saya
miliki adalah TCL (teacher centered learning). Saya memilih menggunakan metode
ini karena saya berpikir anak-anak yang memiiki kekurangan mental apabila kita
biarkan dan menyuruhnya belajar secara mandiri maka yang terjadi adalah anak
tersebut akan bermain-main dengan temannya. Dengan pembelajaran yang berpusat
pada guru maka murid yang memiliki kekurangan tadi dapat di bimbing oleh guru
dalam melaksanankan pembelajaran di kelas. Selanjutnya guru tinggal focus pada
perilaku murid, mengarahkan para murid. Yang dimaksud dengan mengarahkan adalah
member pujian kepada anak yang melakukan suatu kebaikan dan melarang murid
ketika dia melakukan sesuatu yang buruk.
Tujuan Pembelajaran
1. Membantu anak tuna
rungu dalam mengembangkan kemampuan mereka
2. Membantu tuna rungu
agar tidak tertinggal
3. Memberi mereka
kesempatan dalam berkarya
4. Membantu memulihkan
pendengaran mereka menggunakan fasilitas yang ada
5. Memberi tahu mereka
bahwa mereka tidak sendiri dan mereka memiliki teman
6. Mengajarkan mereka
tentang kehidupan
7. Memberi mereka
pengetahuan yang dapat digunakan untuk masa depan mereka
8. Memotivasi mereka agar
selalu bersemangat dalam menjalani hidup
SLB-C Tunagrahita
Tunagrahita adalah
keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental
retardation). Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng
ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan
sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental
adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi
mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Sebelum muncul tes formal
untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi mental di anggap sebagai orang yang
tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat
dirinya sendiri.
Retardasi
mental dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :
1. Retardasi
mental ringan ( IQ 55-70)
Individu dengan retardasi mental ringan dapat
mengembangkan kemampuan akademiknya hingga kelas 5 atau 6 sekolah dasar.
2. Retardasi
mental moderat ( IQ 40-54 )
Individu dengan kategori retardasi mental moderat dapat
mengembangan keahlian seperti merawat diri, pertahanan diri dan sebagainya.
Dapat berkembang hingga kurang lebih umur 7 tahun pada anak normal.
3. Retardasi
mental berat ( IQ 25-39 )
Individu dengan kategori ini sangat membutuhkan bantuan
orang lain dalam kehidupannya sehari-hari.
4. Retardasi
mental parah ( IQ < 25 )
Individu dengan retardasi mental parah memerlukan
perawatan yang lebih lanjut.
Dalam Sekolah Luar Biasa khusunnya SLB-C untuk tunagrahita anak-anak dengan
retardasi mental dapat digolongkan menjadi dua tipe :
1. Educabel
pada kategori ini anak-anak yang bersekolah adalah yang
mampu didik atau yang disebut dengan anak-anak dengan retardasi mental ringan.
Mereka dapat dididik sampai dengan kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat
dimasukkan pada sekolah SLB-C.
2. Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan pada
anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat dirinya
sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga dilatih
untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Sekolah Luar biasa
untuk kategori ini adalah SLB-C1.
Metode Pengajaran
· SLB-C
Untuk anak SLB-C atau mampu didik metode
pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada
tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan materi yang
diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan murid sehingga
murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga bisa menggunakan
alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan
mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya juga
dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat mengetahui perkembangan anak
secara baik juga memberikan reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan
disiplin dalam kelas.
· SLB-C1
Untuk anak SLB-C1 atau mampu latih metode
pengajaran yang dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan menggunakan
kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang jelas. Guru dapat membangun
komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud merasa nyaman saat belajar.
Karena mereka merupakan murid yang mampu didik maka harus disediakan berbagai
alat untuk menunjang pembelajaran mereka.
Tujuan
Pembelajaran
· SLB-C
- Mengembangkan
kemampuan akademik peserta didik secara optimal agardapat mandiri dalam
kehidupan.
- Menyiapkan
peserta didik agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan,
keperibadian, serta akhlak yang mulia.
- Membekali
peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
- Menyiapkan
peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.
· SLB-C1
- Mengembangkan non
akademik peserta didik secara optimal agar mandiridapat mandiri dalam
kehidupan.
- Menyiapkan
peserta didik agar memiliki keterampilan untuk bekal hidup mandiri.
- Mempersiapkan
peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang trampil.
- Menyiapkan
peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.
SLB-D Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu
memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui
terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan
fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Metode pengajaran
· Ceramah
· Diskusi
Berkelompok
· Praktek
(Dalam pengjaran kegiatan agar lebih mandiri dalam kegiatan sehari-hari).
Tujuan Pembelajaran
·
Tujuan Umum:
Meningkatkan status kesehatan dan
mengurangi tingkat ketergantungan anak penyandang cacat di SLB.
·
Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya kemampuan
tenaga kesehatan di puskesmas
dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan anak
penyandang cacat di SLB.
2. Memberi makna bahwa mereka dapat belajar
apa yang anak normal lain dapat pelajari (khususnya dalam hal
akademis dan bakat).
SLB-E
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras
biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor
internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar
Metode Pengajaran:
Metode Pengajaran menggunakan Teacher Centered Learning (TCL)
dikarenakan butuh control dari pengajar agar tidak terjadi kecelakaan akibat
keterbatasan atau kekurangan pengendalian emosi.
Tujuan Pembelajaran
Untuk membantu akademis dan kesejahteraan anak-anak ABK terutama
penyandang tuna Laras agar bisa bercampur dengan masyarakat di masa depan dan
terjamin masa depan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar