Para
psikolog mulai mencari jawaban atas pertanyaan yang mengganggu bagaimana
orang-ornag biasa dapat dipengaruhi untuk melakukan kekejaman terhadap kaum
Yahudi, Gipsi, dan kaum Minorotas lainnya pada perang dunia ke II. Seberapa
besar orang-orang akan mengubah prilaku mereka untuk lebih selaras dengan apa
yang orang lain lakukan? Seberapa mudah orang-orang mematuhi seseorang yang
memiliki wewenang? Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi apakah oranh-orang
akan tahan pada pengaruh sosial? Dan pertanyaan ini masih relevan ketika kita
berusaha memahami berbagai peristiwa saat ini seperti serangan kelompok yang
dengki pada etnis minoritas, dan lain sebagainya. Berikut ini mengidentifikasi
bagaimana manusia dipengaruhi kelompok sosial.
·
Konformitas
Konformitas adalah
perubahan dalam perilaku seseorang untuk menyelaraskan lebih dekat dengan
standar kelompok. Konformitas memiliki banyak bentuk dan mempengaruhi banyak
aspek kehidupan seseorang. Misalnya Anak kuliah baru yang ikut dalam kelompok
teman-teman yang minum-minuman keras sehingga menyebabkannya menjadi peminum,
meskipun ia mungkin tidak pernah menjadi peminum sebelumnya.
Meskipun konformitas
memiliki beberapa konotasi yang tidak menyenangkan tapi tidaklah keseluruhannya
menjadi pengaruh yang buruk. Menyelaraskan dengan aturan dan peraturan
memungkinkan masyarakat berjalan dengan lancar. Bayangkan bagaimana kacaunya
jika orang-orang tidak menyelaraskan diri dengan norma sosial.
Penelitian
konformitas dari Asch
Bayangkan anda berada
pada situasi ini: anda memasuki ruangan dengan lima orang duduk mengitari
sebuah meja. Seseorang dengan jubah putih laboratorium memasuki ruangan dan
memberitahukan bahwa anda akan ikut dalam sebuah eksperimen mengenai keakuratan
perceptual. Kelompok diperlihatkan dua kartu, kartu pertama berisi hanya satu
garis vertical, dan kartu kedua berisi tiga garis vertical yang berbeda-beda.
Tugas anda adalah menentukan mana dari ketiga garis pada kartu kedua memiliki
panjang yang sama dengan garis pada kartu pertama. Anda melihat dan berfikir
sudah jelas mana garis yang sama.
Yang tidak anda ketahui
adalah orang lain dalam ruangan tersebut adalah sekutu yang berarti mereka
bekerja untuk eksperimenter. Pada percobaan pertama setiap orang sepakat garis
mana yang sama. Kemudian percobaan keempat, setiap orang memilh garis yang
salah. Sebagai orang terakhir yang membuat pilihan anda mengalami dilema.
Apakah menuruti apa yang anda lihat atau menyelaraskan dengan apa yg dikatakan
orang sebelumnya. Menurut anda, bagaimana anda akan menjawab?
Solomon Asch melakukan
eksperimen klasik mengenai konformitas (1956) ia meyakini sedikit dari subjek
penelitiannya akan tunduk dengan tekanan kelompok. Untuk menguji hipotesisnya,
Asch menginstruksikan sekutu untuk memberikan jawaban yang salah pada 12 dari
18 percobaan. Hal yang mengejutkannya Asch menemukan bahwa para subjek
penelitian menyelaraskan dengan jawaban yang salah sebanyak 35persen.
Penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan untuk menyelaraskan kuat. Mengapa
kita mau menyesuaikanbahkan ketika dihadapkan dengan informasi yang jelas? Para
psikolog telah menangani pertanyaan ini dengan baik.
Beberapa faktor meningkatkan
kemungkinan konformitas dengan kelompok:
1.
Ukuran kelompok.
Konformitas akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok
tersebut maka akan semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta,
walaupun mungkin kita akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya
kita inginkan.
2.
Kesepakatan kelompok.
Kebulatan suara
(Unanimity) Kelompok yang sepakat mendatangkan penyesuaian yang lebih besar
dari para anggota, dibandingkan kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran
suatu hal berbeda atau menyimpang memudahkan anggota lain untuk tidak
menyesuaikan diri.
3.
Kebudayaan dan konformitas.
Kesesuaian terjadi pada
semua budaya.
·
Social roles and Social norms
Ketika seseorang
bekerja bersama dalam kelompok, upaya dari masing-masing individu perlu
dikordinasiakan untuk menghindari kekacauan. Dalam menanggapi
kebutuhan ini, peran sosial dan norma-norma sosial berkembang. untuk memberikan
pedoman tentang apa yang diharapkan dari kita. Peran sosial memberitahukan kita
bagaimana kita berprilaku. Dalam kuliah ini, kamu berperan sebagai seorang
murid.
·
Ketaatan (obedience)
Ketaatan adalaha
perilaku yang patuh pada perintah eksplisit individu yang ada pada posisi
berkuasa. Yaitu, kita taat ketika sosok berkuasa memerintahkan kita melakukan
sesuatu dan kita melakukannya. Dalam konformitas, orang-orang mengubah pikiran
atau perilaku mereka sehingga akan lebih mirip dengan orang lain. Dalam
ketaatan, terdapat perintah eksplisit untuk patuh.
Penelitian
klasik oleh Stanley Milgram (1963,1965)
Bayangkan bahwa,
sebagai bagian dari sebuah eksperimen dalam psikologi, anda diminta untuk
memberikan serangkaian sengatan listrik yang menyakitkan pada orang lain. Anda
diberitahu bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dampak hukuman
terhadap ingatan. Peran anda adalah menjadi ‘guru’ dan menghukum kesalahan yang
dibuat oleh ‘siswa’. Setiap kali ‘siswa’ membuat kesalahan, anda meningkatkan
intensitas sengatan listrikdengan jumlah tertentu.
Anda diperkenalkan pada
‘siswa’ seorang pria yang baik yang bergumam sesuatu mengenai kondisi
jantungnya. Ia diikat pada ruang lain. Ia berkomunikasi dengan anda lewat intercom.
Alat didepan anda memiliki 30 saklar, dengan rentang dari 15 volt (ringan)
sampai 450 volt (bahaya). Sebelum eksperimen ini, anda telah diberikan sengatan
listrik sebesar 75 volt untuk merasakannya.
Seiring dengan
percobaan berjalan ‘siswa’ mendapatkan masalah dan tidak mampu memberikan
jawaban yang benar. Haruskah anda memberikan sengatan listrik kepadanya?
Seiring dengan anda meningkatkan intensitas sengatan listrik padanya, siswa
berkata bahwa ia kesakitan. Pada tegangan 150 volt, ia meminta agar eksperimen
dihentikan, pada tegangan 180 olt ia berteriak bahwa ia sudah tidak tahan lagi.
Pada tegangan 300 volt, ia berteriak mengenai kondisi jantungnya dan memohon
untuk dilepaskan. Namun, jika anda bimbang untuk memberikan sengatan listrik
eksperimenter mengatakan bahwa anda tidak punya pilihan lain.
Sebelum penelitian ini
milgran bertanya pada 40 psikiater bagaimana menurut mereka orang-orang
berespons terhadap situasi tersebut. Para psikiater meramalkan bahwa kebanyakan
‘guru’ tidak akan memberikan sengatan listrik lebih dari 150 volt. Ternyata
para psikiater salah menduga. Mayoritas ‘guru’ mematuhi eksperimenter kenyataannya
hampir duapertiga memberikan sengatan listrik 450 volt.
Pria tersebut merupakan
sekutu eksperimenter. Dalam penelitian milgram, siswa berpura-pura terkena
sengatan listrik. Seperti yang dapat anda bayangkan para guru dalam eksperimen
ini tidak nyaman memberikan sengatan lstrik pada siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar