Prejudice dan Stereotypes
Setiap Orang
dalam kehidupan bermasyarakatnya pasti memilik suatu pandangan tentang orang
lain, memiki Sikap(attitudes) tersendiri tentang orang lain. Sikap tentang orang lain tersebut
muncul di saat Seseorang bertemu dengan Seseorang lainnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, bukanlah tidak mungkin bahwa attitudes yang muncul itu bersifat negatif. Hal ini
mungkin saja disebabkan karena adanya persepsi yang kurang tepat mengenai
seseorang tersebut karena ia berasal dari suatu kelompok tertentu. Suatu attitudes yang bersifat negatif,
merugikan dan berbahaya karena adanya generalisasi yang kurang akurat terhadap
sekelompok individu disebut prasangka.
Setiap orang
dalam kehidupan bermasyarakat pasti berusaha menghindarkan diri dari memiliki
prasangka terhadap kelompok-kelompok tertentu. Akan tetapi, secara tidak sadar,
sebenarnya setiap individu bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap
anggota dari kelompok yang berbeda. Meskipun hal ini selalu dihindari, namun
kadang tidak dapat kita kendalikan dan muncul dengan tiba-tiba. Keadaan ini
disebut juga dengan automatic
prejudice.
Pada
umumnya, prasangka muncul berdasarkan warna kulit, agama, jenis kelamin, umur,
atau karakteristik yang mudah terlihat lainnya. Munculnya prasangka ini
dikarenakan kesalahan yang didasarkan generalisasi suatu kelompok yang kita
sebut dengan stereotipe.
Stereotipe yang
terdapat dalam diri seseorang tentang orang lain, baik yang positif maupun
negative sebenarnya tetap merugikan diri sendiri maupun orang lain tersebut.
Hal ini sangat berbahaya dikarenakan tiga alasan berikut :
1. Stereotipe menyerap kemampuan kita
untuk memperlakukan anggota suatu kelompok sebagai seorang individu.
Ketika kita tahu akan stereotipe suatu kelompok atau Ras tertentu, dan kemudian kita
bertemu dengan seseorang yang berasal dari kelompok atau ras tersebut, maka
tidak terhindarkan bahwa kita akan langsung berpikiran bahwa karakteristik
orang tersebut adalah sama dengan stereotipe
kelompok dimana ia berasal. Dengan pemikiran seperti itu, maka kita cenderung
memperlakukan orang tersebut seperti anggota kelompok lainnya, tanpa memikirkan
bahwa ia bisa saja memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompoknya.
2. Stereotipe menyebabkan harapan akan
sesuatu perilaku yang sempit.
Dengan adanya stereotipe tertentu, maka kita cenderung
untuk memprediksikan perilaku seorang individu sesuai dengan perilaku kelompok
individu tersebut. Apabila terjadi perbedaan perilaku yang muncul, maka kita
cenderung menyatakan perilaku yang berbeda tersebut sebagai suatu penyimpangan
atau abnormal.
3. Stereotipe mengarahkan pada atribusi
yang salah.
Teori
atribusi menyatakan bahwa manusia cenderung selalu berusaha untuk menjelaskan
mengapa suatu hal dapat terjadi, dan mencari tahu penyebabnya. Yang peling
sering dilakukan yaitu berusaha menjelaskan suatu perilaku, bak yang dilakukan
orang lain ataupun dilakukan sendiri.
Jika seorang individu telah memiliki stereotipe tertentu , maka akan
mempengaruhi atribusi yang dilakukan individu tersebut. Kesalahan
atribusi ini kemudian juga memperkuat prasangka terhadap suatu kelompok
tertentu, karena manusia cenderung hanya melihat fakta-fakta pendukung
prasangka mereka dan menolak yang berlawanan.
Jika
ditanyakan mengapa stereotipe
dan Prasangka bisa muncul dalam
lingkungan sosial, maka ada tiga sebab utama penyebab timbulnyaa stereotipe dan prasangka, yaitu :
1.
Konflik Realistik
Realistic conflict theory menyatakan
bahwa individu yang sedang merasa frustasi atau marah ketika sedang
berkompetesi dengan kelompok lain, akan melihat kelompok lain dengan pandangan
yang sangat negatif.
2.
“Kita” versus “Mereka”
Individu dalam kehidupan bermasyarakat cenderung
membagi diri menjadi dua kelompok. Kelompok “kita” dan kelompok “mereka”. Dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh Sherif dan Sherif (1953) , setelah
serangkaian kegiatan, maka kedua kelompok mulai bersiteru dan mulai memberi
nama panggilan. Ini menjadi awal munculnya prasangka.
3. Social
Learning ( Pembelajaran Sosial)
Tidak dapat
dipungkiri bahwa prasangka dan stereotipe juga bersumber dari hasil
belajar.proses nya biasanya terjadi dengan contoh “prasangka dan stereotipe
yang di dilakukan orang lain atapun dari kerabat kita”
Memerangi prasangka, prasangka
berbahaya bagi umat manusia. tapi apakah ada sesuatu yang bisa dilakukan
tentang hal itu? ada beberapa penangkal efektif Yaitu:
1.
Mengenali prasangka
Banyak orang yang tidak ingin mengakui bahwa dirinya
juga memiliki prasangka terhadap suatu kelompok tertentu. Maka dari itu tahap
pertama untuk melawan prasangka
yaitu dengan menyadari terlebih dahulu prasangka yang sudah ada .
2.
Mengontrol Automatic Prejudice
Ketika seorang individu bahkan tidak menyadari
bahwa ia memiliki prasangka, maka ia tidak akan mampu mengontrol reaksi yang
muncul akibat automatic prejudice tersebut. Bahkan
disaat seseorang telah menyadari adanya prasangka dalam dirinya sendiri,
tidaklah mudah untuk mengontrol reaksi yang muncul. Oleh karena itu, hal kedua
yang harus dilakukan adalah berusaha mengontrol reaksi yang muncul tersebut.
3.
Meningkatkan hubungan antar Kelompok
Berprasangka.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa prasangka
adalah sesuatu yang dipelajari. Oleh karena itu, prasangka juga dapat diubah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan interaksi
langsung dengan kelompok lain. Akan tetapi interaksi tersebut dapat efektif jika
terjadi dalam beberapa kondisi berikut yaitu :
a.
Kedua kelempok memiliki status yang setara
Ketika dua anggota kelompok dengan status yang berbeda
berinteraksi, maka prasangka yang telah ada tersebut tidak mungkin akan dapat
dihilangkan seperti anggota kelompok belajar di sekolah.
b.
Anggota setiap kelompok memandang anggota kelompok lain sebagai sama dengan
kelompok yang mereka hormati, bukan sebagai pengecualian.
Ketika seorang individu berinteraksi dengan anggota
dari suatu kelompok, namun mengganggapnya hanya sebagi pengecualian, prasangka
terhadap kelompok tersebut tidak akan pernah bisa hilang.
c.
Kedua kelompok bekerja sama dalam tugas yang bersifat kooperatif bukan
kompetitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar