Sekilas Martin terlihat normal, namun kakinya lumpuh karena kecelakaan (CNN)
Dubai - Seorang Skydiver Amerika bernama Jarret Martin begitu mencintai olahraga ekstrem skydiving alias terjun payung. Meski dia telah lumpuh akibat kecelakaan, itu tidak membuatnya menyerah dan kembali melakukan aksinya di Dubai.
Saat remaja, Martin mengalami kecelakaan yang merenggut kedua kakinya saat melakukan skydiving. Dilansir oleh detikTravel dari CNN, Jumat (28/11/2014), kecintaannya pada skydiving membuatnya menjadi instruktur skydiving dengan kondisinya yang terbatas.
Jarret Martin yang berumur 24 tahun mungkin adalah sosok tidak biasa. Martin merupakan seorang instruktur di Skydive Dubai. Berbeda dengan para skydiver yang lain, ia mengenakan kursi roda. Namun, Martin adalah satu dari dua ahli parasut di Uni Emirat Arab. Wow!
Saat Martin berumur 18 tahun, salah satu aksinya bermasalah dan berakibat pada tulang punggung yang patah, aorta yang robek, paru-paru yang remuk, dan kelumpuhan pada bagian dada ke bawah. Beruntung, Martin bangun dari koma dan kembali skydiving enam bulan kemudian.
Pada bulan Maret tahun ini, Martin diajak bergabung dengan Skydive Dubai setelah aksinya dalam kompetisi di Dubai. Keadaannya di atas kursi roda sempat membuat skydiver pemula lain cemas dan khawatir, tapi Martin menjelaskan kalau perjalananya adalah inspirasi.
Prestasi pun ditorehkan oleh Martin awal tahun ini. Saat itu martin melompat dari ujung tebing di Fjord Norwegia setinggi 914 meter selama empat hari. Gilanya, Martin melompat sendiri dari kursi rodanya tanpa bantuan siapa pun.
Martin sendiri tidak menyangka kalau ia dapat pergi ke Dubai, bahkan menjadi instruktur skydiving di sana. Martin sendiri berusaha untuk melakukan 'loncatan' setidaknya 200 kali setahun. Tidak heran, kakek dan ayahnya adalah skydiver.
Martin pun mengatakan, dimana ada keinginan pasti ada jalan. Ia telah menemukan jalan, dan sangat bersyukur karena dapat melakukan kembali sesuatu yang ia cintai. Kisahnya sangat menginspirasi!
Saat remaja, Martin mengalami kecelakaan yang merenggut kedua kakinya saat melakukan skydiving. Dilansir oleh detikTravel dari CNN, Jumat (28/11/2014), kecintaannya pada skydiving membuatnya menjadi instruktur skydiving dengan kondisinya yang terbatas.
Jarret Martin yang berumur 24 tahun mungkin adalah sosok tidak biasa. Martin merupakan seorang instruktur di Skydive Dubai. Berbeda dengan para skydiver yang lain, ia mengenakan kursi roda. Namun, Martin adalah satu dari dua ahli parasut di Uni Emirat Arab. Wow!
Saat Martin berumur 18 tahun, salah satu aksinya bermasalah dan berakibat pada tulang punggung yang patah, aorta yang robek, paru-paru yang remuk, dan kelumpuhan pada bagian dada ke bawah. Beruntung, Martin bangun dari koma dan kembali skydiving enam bulan kemudian.
Pada bulan Maret tahun ini, Martin diajak bergabung dengan Skydive Dubai setelah aksinya dalam kompetisi di Dubai. Keadaannya di atas kursi roda sempat membuat skydiver pemula lain cemas dan khawatir, tapi Martin menjelaskan kalau perjalananya adalah inspirasi.
Prestasi pun ditorehkan oleh Martin awal tahun ini. Saat itu martin melompat dari ujung tebing di Fjord Norwegia setinggi 914 meter selama empat hari. Gilanya, Martin melompat sendiri dari kursi rodanya tanpa bantuan siapa pun.
Martin sendiri tidak menyangka kalau ia dapat pergi ke Dubai, bahkan menjadi instruktur skydiving di sana. Martin sendiri berusaha untuk melakukan 'loncatan' setidaknya 200 kali setahun. Tidak heran, kakek dan ayahnya adalah skydiver.
Martin pun mengatakan, dimana ada keinginan pasti ada jalan. Ia telah menemukan jalan, dan sangat bersyukur karena dapat melakukan kembali sesuatu yang ia cintai. Kisahnya sangat menginspirasi!
Lumpuh tidak mengahalangi Martin untuk skydiving (CNN)
teori
I.
Marvin Zuckerman: Sensation Seeking
Menurut
Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk
bervariasi/beragam, baru, kompleks/rumit, sensai yang intens dan pengalaman
serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan
secara financial demi sebuah pengalaman.
Assessing
Sensation Seeking
Untuk
mngukur sensation seeking, Zuckerman membentuk Sensation Seeking Scale (SSS),
memiliki 40 pertanyaan kuisioner (Tabel 16.2). Dengan menggunakan metode factor
analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan kedalam empat komponen dari
sensation seeking :
1. Thrill and adventure seeking keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik
yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti
bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2. Experience seeking mencari pengalaman baru melalui perjalanan,
lagu, seni.
3. Disinhibition kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang
liar.
4. Boredom susceptibility.
Characteristics
of Sensation Seekers
Zuckerman
dan rekannya mendapatkan bahwa sensation seeking dipengaruhi oleh usia. Orang yang lebih muda
akan cenderung untuk memilih pengalaman yang baru, hal yang berisiko dan
berpetualangan dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Perbedaan gender juga
didapatkan dalam empat komponen dari sensation seeking. Pria lebih memilih
thrill and adventure seeking, disinhibition, dan boredom susceptibility.
Sedangkan wanita lebih memilih experience seeking.
pembahasan
berdasarkan kasus diatas dapat kita lihat bahwa jaret martin adalah seorang pemuda berdasarkan usia salah satu karakteristik sensation seekers . komponen sensation seeking yang dia miliki adalah thrill and adventure seeking dalam hal ini dapat kita lihat bahwa dia memilih olahraga ekstreem walaupun keadaannya yang tidak sempurna. experience seeking martin melakukan suatu hal berbeda dari apa yang seharusnya di lakukan. kita mengetahuiahui bahwa orang yang tidak sempurna tidak akan berani melakukan olahraga yang ekstreem tetapi martin melakukannya. martin mengatakan dimana keinginan pasti ada jalan, tidak sepeti orang sakit (cacat) pada umumnya dia melawan semua kekhwatiran tentang dirinya dan dia berhasil sehingga membuat dia menjadi instruktur skydiving ini membuktikan bahwa iya memiliki boredom susceptibility.